Welcome my Readers :)
I hope you like my Blog.
I'll make you go into my story so enjoy :D

Jumat, 25 Desember 2009

Remind masa lalu


Inget waktu SD aku eskul renang ma vanti and muthi. Waktu itu ada adik kelas namanya kinan, gile blagunya wasalamdah. Alhasil karena anak itu nyebelin banget, muncullah ide-ide untuk mnjahili itu anak. Saya, vanti, muthi, ma adek kelas tercinta zeisha berencana ngejahilin ntu anak. Tapi anak itu kagak kapok2 blagunya, alhasil saya dan teman2 tiap minggu ngejahilin dia.
sampai pada akhirnya kami udah males ngejailin dia.
DAn pada suatu hari datanglah keajaiban yang membuat anak belagu itu malu setengah mati.
jadi begini, waktu itu ada lomba renag di bumi sangkuriang, nah saya dan teman2 ikutan bersama sang anak nyebelin. padaa saat lomba dia startnya telat, jadi di ulang. Semua org teh pada nyalahin dia. Trus ntu anak teh malu. Tapi malunya gak baget dia teh ngambek ma ka joish. Saking malunya dia, dia gak mau ikt lomba lagi plus nangis. Aku, vanti, ma muthi yang ngeliat ntu anak nagis ketawa puas banget.
Ahahahahahaha....
saya baru nyadar dulu SD gak tau malu pisan Ckckckckckckcck...
*author:dasar anak gila!
*Aku: haaah

Senin, 21 Desember 2009

Elf's part 3

hahahaha...
T.T Akhirnya setelah perjuangan yang sengat keras karena gak ada ide sama sekali seperti yang sudah kalian tunggu2 part 3 udah selese...
huffffffffttttt...
Ya udah deh langsung aja yan baca nih part 3 tapi maaf ya kalo rada aneh..
hehehehehehehe....
Dah deh Enjoy :D


Bab 3

Aku terbangun dari mimpi burukku. Aku terengah-engah. Kurasakan aku masih bernafas dan aku melihat sekeliling. Aku masih di kamarku pikirku.
“Elle, sampai kapan kau masih terus tidur? Sekarang sudah siang.” Seru Reina dari lantai bawah.
“Aku sudah bangun mom.” Balasku. Aku terdiam mengingat mimpiku. Aku bergidik. Kulihat jam wekerku sudah menunjukkan pukul 07.00. Aku sedikit menggeliat dan turun dari kasurku menuju kamar mandi.
Aku membersihkan diriku setelah itu aku mengambil blus hitamku dan jins biru tuaku. Dan pergi menuju ke baewah. Aku begitu terburu-buru. Aku mengambil sehelai roti panggang dan menggitnya. Setelah habis aku meminum teh dan bergegas menuju sekolah. Lotusku melaju dengan kencang.
Sesamapinya di sekolah Conor langsung menghampiriku.
“Elle!” Seru Conor. AKu menoleh tersenyum kaepadanya. Conor berlari kearahku.
“Kau ad pelajaran apa sekarang?” Tanyanya.
“Sastra Inggris.” Ujarku jijik. Aku memang tidak menyukai semua pelajaran sastra. Itulah aku.
“Oh, Ell. Kau memang tidak berubah. Baiklah sepertinya aku harus bergegas. Aku tidak mau Mrs.Floe menungguku.” Ujarnya tersenyum dan meninggalkan aku.
“Baiklah Con, sampai ketemu nanti.” Seruku. Conor melambai. Aku berjalan menuju Kelasku. Saat aku masuk Kulihat Nathaniel sedang duduk. Aku melihatnya sekilas dan tanpa sadar aku berjalan menuju sebelahnya.
“Bolehkah aku duduk disini?” Tanyaku. Nathaniel terdiam sambil menatapku bingung. Aku diam menunggu jawabannya.
“Ya.” Jawabnya, lalu membuang muka. Aku terdiam seperti orang autis. Setelah berhasil menemukan jiwaku, aku langsung duduk di sebelahnya. Terdiam menunggu pelajaran dimuali. Kulihat teman-teman mulai masuk dan memperhatikanku denagn tatapan bingung dan takjub. Apa yang salah dariku? pikirku dalam hati. Aku melihat cara berpakaianku. Tidak aneh batinku. Tak lama kemudian aku terinagt ucapan Julia kalau keluarga Hales sangat tertutup. Mungkin karena aku duduk di sebelah Nathaniel aku berpendapat. Aku terlalu sibuk berfikir sehingga tidak menyadari Mrs.Prenelly sudah dating.
“Ms. Perry, apakah kau baik-baik saja?” Tanya Mrs.Prenelly ketika ia melihatku. Mungkin ia melihat tatapan kosong di mataku.
“Dia hanya sedikit kurang enak badan Mrs.Prenelly.” Jawab seseorang. Aku menoleh ke sumber suara. Nathaniel pekikku dalam hari. Pikiranku kian merajalela. Apa yang ia katakan? Mengapa ia berkata seperti itu? pikirku. Aku masih terdiam seperti orang bisu. Aku masih melihat Nathaniel dengan pendangan heran seperti anak autis. Nathaniel mengangkat sebelah alisnya. Aku masih terpaku melihatnya.
“Oh aku dapat melihatnya Mr.Hales.” Jawab Mrs.Prenelly. “Kurasa kau sebaiknya pergi ke ruang kesehatan Ms.Perry.” Lanjutnya.
“Kalau kau izinkan Mrs.Prenelly, Bolehkah saya mengantarnya ke ruang kesehatan. Kurasa ia tidak mampu bila sendiri. Kau tahu mungkin ia pingsan di perjalanan” Ujar Nathaniel sopan.
“Kau benar juga Mr.Hales.” Kata Mrs.Prenelly. “Kau bias mengantarnya” Lanjutnya.
Aku masih duduk terdiam, sampai Nathaniel menarik tanganku dan membawaku keluar kelas. Aku mengikutinya dari belakang. Kurasakan pendangan siswa-siswa lain yang menatapku dengan tatapan terkejut. Aku masih mengikutinya, menunggu waktu yang tepat untuk melontarkan berbagai macam pertanyaan yang ada di otakku. Kamis udah berada di lorong-lorong. Nathaniel masih menarik tanganku. Saat aku tersadar aku segera menepis tanganku. Nathaniel menoleh kepadaku.
“Kenapa kau berkata seperti itu kepada Mrs.Prenelly?” Tanyaku bingung.
“Karena sepertinya kau sedang memikirkan sesuatu yang tidak ada hubungannya dengan sastra inggris. Dan jika Mrs.Prenelly tahu, kau akan di beri hukuman. Kau mau?” Balas Nathaniel.
“Tidak.” Balasku. “Tapi kau tahu daimana aku tidak memperhatikan” Tanyaku spontan.
“Aku memperhatikanmu.” Jawabnya. Entah mengapa jawaban Nathaniel membuat pipiku panas. Aku malu.
“Jagalah sikapmu Ms.Perry” Ujarnya. Aku terbelalak tidak mengerti apa maksudnya. Aku memperhatikan. Oke mungkin ini konyol, tapi entah kenapa aku merasakan bahwa selama ini Nathaniel terus mengawasiku. Aku lagi-lagi hanya melayangkan pandangan bingung kepada Nathaniel. Nathaniel memperhatikanku.
“Apakah ada yang salah?” Ujarnya.
“Yep” Ujarku. “Kau memanggilku Ms.Perry” Lanjutku.
“Itu tidak salah” Nathaniel membela diri.
“Tentu saja tidak” Koreksiku secepat mungkin. “Kenapa kau tidak memanggilku Elle saja.” Lanjutku.
“Baiklah, Elle.” Jawab Nathaniel. Aku tersenyum tipis. Tiba-tiba saja Nathaniel berhenti. Aku bingung.
“Mengapa kita berhenti?” Tanyaku seperti orang bodoh.
“Kita sudah sampai di ruang kesehatan.” Jawabnya.
“Tapi aku tidak sakit.” Balasku. Nathaniel menatapku.
“Secara fisik kau memang tidak sakit, tapi mungkin kau punya gangguan kejiwaan Elle” Ujar Nathaniel. Mukaku merah padam. Aku sangat malu.
“Oh bisa-bisanya kau berkata seperti itu kepadaku” Ujarku. Nathaniel terkekeh.
“Cepatlah masuk ke dalam” Nathaniel berkata sambil sedikit tersenyum.
“Oh. Aku tidak sakit dan aku tidak mau masuk ke dalam. Aku lebih baik pergi ke kantin membeli sekaleng coke. Kau mau ikut?” Ujarku.
“Baiklah.” Ujarnya. Kami berjalan menuju kantin. Saat kami sampai di kantin aku melihat seorang perempuan. Aku berusaha mengingat perempuan itu, ternyata ia adalah perempuan yang bersama Nathaniel waktu di tempat parker. Perempuan itu menghampiri kami berdua dan langsung memeluk Nathaniel.
“Siapa dia?” tanyaku kepada Nathaniel.
“Dia adikku.” Balasnya sambil menyenggol perempuan itu. Perempuan itu langsung menoleh kepadaku dan memperkenalkan diri.
“Hai. Kau pasti Elle Perry. Kenalkan aku Elvira” Ujarnya sambil mengulurkan tangan. Aku menyambut uluran tangannya. Aku berpikir darimana ia tahu namaku. Kulihat Elvira hanya tersenyum tipis kepadaku.
“Baiklah aku akan mengmbil coke. Apa kalian mau?” Tanyaku.
“Aku mau” Ujar Elvira.
“Aku tidak, terimakasih” Ujar Nathaniel. Aku mengambil 2 kaleng coke, dan kembali menemui mereka.
“Ini minumanmu Elvira” Ujarku sambil menyodorkan sekaleng coke kepadanya.
“Terima kasih Elle” Kata Elvira sambil membuka kalengnya. Aku membuka kalengku dan langsung meminumnya..
“Elvira, bagaimana kau bisa tahu namaku?” Tanyaku begitu aku dan Elvira selesai minum.
“Mmm… Nathaniel yang memberitahuku” Ujarnya tanpa beban. Aku terdiam. Berfikir untuk apa Nathaniel memberitahunya siapa aku. Aku bukan siapa-siapnya Nathaniel.
“Oh Nathaniel memberitahuku karena dia bilang kau tidak taku dengan keluarga Hales” Ujar Elvira seakan mengetahui isi pikiranku.
“Untuk apa aku takut?!” tanyaku bingung. Aku menunggu jawaban dari Elvira maupun Nathaniel.
“Karena semua orang menatap kami dengan perasaan takut.” Nathaniel membuka suara.
“Mengapa?” Kataku masih bingung. Nathaniel dan Elvira hanya dapat mengangkat bahu. Tanpa sadar waktu berjalan sangat cepat. Tiba-tiba saja bel sudah berbunyi. Waktu istirahat telah tiba. Semua orang berhamburan dari kelas dan pergi menuju kantin. Aku menyadari banyak orang melihatku yang sedang bersama keluarga Hales. Kurasakan pandangan aneh mereka semua. Itu membuatku tidak nyaman. Aku membalas tatapan mereka semua. Saat aku sedang melihat mereka kurasakan seseorang memegang bahuku. Aku menoleh.
“Conor!” Pekikku.
“Hai Elle. Kulihat kau sedang bersama keluarga Hales.” Ujar Conor sambil melihat Nathaniel dingin.
“Con.” Ujarku memperingati, Conor menatapku. Kini pandangannya bersahabat kepadaku.
“Ell, kau mau tidak hari ini berjalan-jalan denganku? Kita ke pantai Alki lagi.” Ajak Conor. Aku berfikir sejenak. Terbayang di pikiranku aku bisa berada di Pantai Alki dan bermain bersama Conor.
“Aku rasa pasti menyenangkan.” Ujarku. “Aku ikut Con.” Lanjutku
“Baiklah aku akan menunggumu di lapangan parkir setelah pelajaran usai.” Jelas Conor.
“Ok. Tapi aku ingin pergi ke suatu tempat, Con.” Jelasku teringat aku akan pergi ke toko buku.
“Baiklah aku bias menunggu, Ell.” Balasnya tersenyum kepadaku. Aku balas tersenyum.

“Ell!” Panggil Conor. Aku menoleh.
“Ada apa Con? Aku sudah bilang aku ada urusan sebelum kita kepantai.” Ujarku.
“Aku tahu itu Ell. Aku aku akan menemanimu” Balasnya tersenyum. Aku bals tersenyum. Entah mengapa setiap Conor tersenyum, aku selau tak bias menolak ikut tersenyum walaupun aku sedang sedih.
“Baiklah Conor. Ayo” Lanjutku. Kami pergi ke toko buku tua di Seattle. Aku mencari buku yang aku cari. Saat aku menemukan buku mengenai Elf’s, aku melihat buku mengenai Putri duyung, tapi disini tertulis kaum Oannes dan Ea. Aku tertarik dengan isi buku dan mengambilnya juga.
“Apa kau sudah menemukan apa yang kau cari Ell?” Tanya Conor.
“Yep.” Jawabku. Aku harus menyembunyikan ini dari Conor, ia pasti menganggapku lucu.
“Bolehkah aku lihat?” Tanyanya. Aku terdiam.
“Eh Con bagaimana kalau kau tunggu aku di luar. Aku akan membayar dulu” Ujarku mengubah topic. Conor menatapku. Tak lama kemudian ia pergi keluar.
“Baiklah Ell. Aku tunggu kau di luar!” Ujar Conor. Aku menarik nafas lega karena ia tidak menanyaiku macam-macam. Aku membayar buku-bukuku, dan menuju keluar. Kulihat Conor menungguku.
“Kau sudah selesai, Ell?” Tanyanya. Aku mengangguk.
“Baiklah ayo.” Ucapnya sambil menarik tanganku masuk ke Lotusku, dan ia meninggalkanku menaiki Mobil Ferrari Enzonya. Kami memacu mobil kami dengan cepat menuju Pantai Alki. Kami keluar dari mobil dan Berjalan-jalan menuju Pantai.


Huwaa.... maaf ya jelek.
Maaf lbh jelek dari yang bab 2.
maaf banget...
maklum ya. hehehehehehe

Sabtu, 19 Desember 2009

Elf's part 2

nih aku kasih part 2nya baca ya :)
tapi maaf banget kalo banyak salah ketik. maklum ya...
udah deh langsung ajah enjoy XD


Bab 2
Aku terbangun ketika cahaya matahari memasuki kamarku melalui jendela. Tanganku menutupi silaunya matahari.. Aku bergegas ke kamr mandi untuk membersihkan diriku. Aku bersiap-siap. Aku mengambil tank top hitamku dengan jins biru tuaku. Aku memakainya. Melihat ke arah cermin apakah pakaianku cocok?
Aku meneliti diriku dari atas hingga bawah. Yep ini sempurna ujarku dalam hati. Aku turun ke bawah untuk sarapan. Aku mengambil roti panggang yang Mom buatkan untukku dan meneguk habis tehku.
“Mom aku berangkat dulu.” seruku seraya menuju meja mengambil kunci mobilku.
“berhati-hatilah Ell, jangan mengebut dan jangan lupa bawa bekalmu.” Balas Mom.
“Mom,aku bukan anak kecil lagi aku sudah 17 tahun ingat? Aku tidak perlu membawa bekalku.” Ujarku sedikit jengkel.
“Tenanglah Ell, aku hanya bercanda. Cepat berangkat.” Seru Mom. Aku pun keluar dari rumah dan mengendarai Lotusku. Aku senang karena mobil ini dapat melaju dengan cepat. Benar-benar mobil yang kusukai. Aku sangat berterimakasih dengan Dad.
Sesampainya di sekolah saat aku keluar dari mobil. Julia memanngilku.
“Elle!” Teriaknya. Aku menoleh. Kulihat ia melambaikan tangannya memberikan isyarat untuk datang. Tanpa pikir panjang aku langsung mngunci mobil dan mendekatinya.
“Ada apa?” Tanyaku bingung.
“Akan ku kenalkan kau dengan teman-temanku.” Ujarnya. Aku melihat ada 3 orang laki-laki dan 1 orang perempuan sedang memperhatikanku. Aku memperhatikan dengan seksama semua wajah mereka.
“Hey! Ayo kemari.” Julia menarikku ke teman-temannya. Aku mengikuti langkahnya.
“Kenalkan ini Kathie Morilia.” Jelas Julia sambil menunjuk seorang wanita berkulit putih cantik berambut cokelat dengan mata cokelatnay yang mirip cokelat tanah. Aku terdiam sambil mengamatinya.
“Kalau pria berambut hitam itu namanya Jack Trout, dan yang berambut pirang itu namanya Mathew Widsor dan satu lagi adalah Patrick Newman.” Aku memperhatikan satu-satu dan menghafal namanya sebisa mungkin. Aku terdiam cukuplama, sampai Julia menyikutku.
“Aduh.. oh sorry namaku Elle Perry.” Kataku mengulurkan tangan, dan mereka menyambut tanganku satu persatu.
Tiba-tiba aku teringat bahwa kelas biologiku akan segera di mulai.
“Ah sorry tapi sepertinya aku harus masuk kelas biologiku.” Ujarku cepat dan langsung pergi meninggalkan mereka. Aku begitu terburu-buru sehingga menabrak seseorang.
“Oh. Sorry aku tidak melihatmu.” Ujarku dan saat aku menengok ke atas aku melihat wajah yang familier. Kulitnya putih dan matnya yang biru dan rambutnya yang pirang, sungguh sangat familier. Conor pekikku dalam hati. Aku terdiam lama. Mengingat masa-masaku dulu di Miami bersama Conor. Aku ingat kami sering brmain di pantai bersama.
“Conor?” tanyaku memastikan apakah orang ini benar Conorku.
“ya?! Sorry apakah aku mengenalmu?” Tanyanya.
“Conor ini aku Elle. Kau ingat?!” Ujarku
“Elle?! Apa kau benar Elle?” Tnya Conor antusias.
“Tentu saja bodoh. Ini aku. Siapa lagi yang memakai kalung ini selain aku.” Ujarku sambil memperlihatkan kalung berbandul anjing laut yang terbuat dari kayu.
“Elle aku kangen sekali padamu.” Kata Conor sambil memelukku. Aku membalas pelukannya.
“Apa yang kaulakukan di sini Con?” Tanyaku setelah kami berpelukan.
“Aku memang tinggal di Seattle sekarang.” Jelasnya. “Ayahku pindah kerja ke sini, jadi kami sekeluarga pindah” Lanjutnya.
“Oh. Senang dapat bertemu denganmu Con.” Ujarku. Aku melihat jam”Oh tidak Mrs.Floe pasti marah padaku, aku telat masuk kelas biologiku” Lanjutku. Aku pun berlari, tapi tangan Conor mencegatku.
“Kita memang sudah terlambat dari awal, Ell. Bagaimana kalau kita pergi keluar saja, bolos satu hari tak apa kan? Aku ingin berbincang-bincang denganmu” Kata Conor.
“Tapi…” kataku lirih
“Tak ada tapi-tapian, Ell. Bagaimana kalau sekaleng Coke.” PancingConor. Aku pura-pura berpikir. Aku sudah tau jawabanku dari awal Ya, aku ikut, Con tapi aku ingin membuat Conor penasaran. Conor menunggu.
“Bagaimana, Ell?” Tanyanya penasaran.
“Hmm… Baiklah Con, aku ikut.” Ujarku dengan senyum merekah di wajahku.
“Oh kau memang sangat menyebalkan, Ell.” Puji Conor.
“Ya itulah aku.” Jawabku.
Kami Berjalan-jalan di pantai Alki. Kami saling bercerita satu sama lain tentang pengalaman kami. Conor bercerita bahwa ia sudah 1 tahun lebih berada di Seatlle.aku mendengarkan dengan seksama seluruh ceritanya sambil membayangkan aku juga berada di sana. Kami berdua bermain-main sampai-sampai baju kami basah kuyup. Padahal pada awalnya kami hanya berjalan di pinggir air sampai tiba-tiba, Conor memelukku dan menjatuhkanku ke air. Dan aku tergoda untuk membalasnya. Kudorong badannya sekuat tenaga sehinnga Conor terjatuh ke air dan basah kuyup sepertiku. Setelah itu Conor menunjukan kehebatan berselancarnya padaku. Dia kelihatan sangat hebat. Tanpa sadar hari berlalu dengan cepat, sekarang sudah senja.
“Con, aku harus pulang. Mom pasti lapar, karena malam ini giliranku yang memasak” Ujarku.
“Apa kau ingin aku antar?” Tanya Conor.
“Tidak Con. Aku akan baik-baik saja. Lagipula Lotusku cukup cepat kok” Jawabku
“Baiklah Ell. Sampai bertemu besok di sekolah” Kata Conor.
“Yep. Bye Con” Aku menuju ke dalam mobil menyalakan mobilku dan melaju dengan cepat.
Aku sampai di rumah tepat waktu. Aku berjalan ke lantai atas mengganti bajuku yang basah dengan air laut, dan menaruhnya di mesin cuci. Aku menuruni tangga dan menuju ke dapur. Aku membuka kulkas mengeluarkan bahan-bahan dan mulai membuat Mostaccioli Bolognese kesukaan Mom. Tanganku dengan cekatan membuat Mostaccioli Bolongase untuk satu porsi besar. Aku mendengar suara mobil Reina dating, aku harus memasak secepat mungkin.
“Elle, aku lapar apakah kau sudah selesai memasak?” Tanya Reina begitu masuk ke dalam.
“Sebentar lagi Mom. Kau harus bersabar.”Ujarku sambil mematikan oven.
“Baiklah” Jawab Reina. Aku menghidangkan makan malam di atas meja makan. Kami berdua makan bersama.
“Mom, taukah kau tadi ake bertemu dengan Conor” Kataku membuka topic pembicaraan.
“Conor? Conor Pensive?” Tanya Mom.
“Yep” Jawabku singkat.
“Kau pasti senang ada Conor?” Tanya Mom penuh selidik.
“Oh, Mom. Tentu saja aku senang. Conor adalah Best Manku. Kau mengetahuinya. Ia selalu melindungiku selama di Miami.” Jelasku sedikit kesal.
“Ya aku tahu. Tapi kau tidak melakukan hal-hal aneh bersamanya kan?” Tanya Mom. Aku terdiam. Bagaimana tidak selama aku bersama Conor, aku selalu melakukan hal-hal gila. Tapi Conor tidak pernah memintaku berhenti. Ia ingin melihatku bahagia. Aku sudah menganggapnya sebagai kakakku. Conor Pensive ujarku dalam hati.
Aku tidak banyak berkata lagi aku segera menghabiskan makan malamku dan mencuci piringku.
“Mom, tugasku sudah selesai aku mau ke kamarku” Seruku menaiki tangga. Aku masuk kamarku dan mengunci kamarku. Berfikir tentang siang yang menyenangkan tadi. Seperti kembali ke masa lalu batinku. Aku ingat dulu di Miami kami selalu pergi ke pantai bersama, berhubung aku dan Conor tetangga. Conor tidak pernah pergi ke laut tanpaku. Ia tahu jika ia pergi tanpaku aku akan marah besar dan tidak akan menemuinya selama 5 hari. Aku tersenyum mengingat masa-masa itu.
Aku terdiam di sofaku dan membuka laptopku aku menaylakan laptopku aku menunggu. Aku menunggu sambil mengetuk-ngetukan jariku di atas laptop. Ketika laptop sudah terbuka aku membuka searchengine dan megetikan Elf’s, entah kenapa sejak aku membuka situs mitologi kemarin aku jadi tertarik dengan kehidupan Elf’s. Aku mencari. Bukunya supaya aku bisa membacanaya langsung. Dan aku melihat situs salah satu toko buku yang tempatnya berada di Seattle. Tanpa pikir panjang aku menulis alamat toko buku tersebut. Entah kenapa aku merasakan ada mengawasiku. Aku menoleh kebelakang dan tidak ada siapa-siapa. Aku berusaha menenangkan diriku. Disini tak ada orang hanya kau batinku. Ya hanya kau apa kau yakin? Kata diriku. Tentu saja Cuma ada diriku pintu kamar dikunci ingat?! Hiburku dalam hati.
Aku mematikan laptopku dan merebahkan diriku di atas kasur. Aku memejamkan mata membayangkan hal-hal yang menyenangkan, tanpa sadar aku telah masuk ke dunia mimpi. Aku terlelap. Aku bermimpi menyelam ke dalam air bertemu dengan Nathaniel, kami berbincang-bincang dan Nathaniel mengajakku ke dasar lalu ia menyeretku ke dalam aku tidak bisa bernafas. Aku pun mati tenggelam.

Jumat, 18 Desember 2009

Elf's part 1

Prolog

Semua ini mungkin seperti mimpi tapi cobalah lihat di sekelilingmu mungkin mereka sedang mengawasimu.
Bab 1

“Mom, aku tak yakin untuk menerima cincin ini sebagai hadiah ulang tahunku. Kau tahu kurasa ini terlalu berlebihan untukku.” Aku berkata kepada ibuku sambil memegang cincin perak berhias batu sapphire yang sangat cantik.

“Sudahlah terima saja Elle, aku tau kau menyukainya. Begitupun denganku.” Mom berkata. Aku terdiam tidak menjawab, karena apa yang dikatakan Reina memang benar. Tapi tetap saja menurutku ini terlalu berlebihan. Aku ini kan sedang berukang tahun bukan akan menikah. Tapi mengapa ia memberikanku cincin perak ini? Aku berusaha berpikir keras, tetapi tidak dapat menemukan jawabannya.

“Ya sudah kalau begitu mom, akan kusimpan cincin ini” kataku kepada Reina sambil memasukannya ke kantong celanaku. Aku pun berdiri dan pergi meninggalkan ruang tamu. Aku pergi ke kamarku dan menyalakan laptopku. Sambil menunggu laptopku menyala sepenuhnya, aku meraih cincin di kantong celanaku dan melihatnya dengan seksama, desaignnya sangat simple dan sangatlah menawan. Aku suka yang simple-simple. Tanpaku sadari laptopku sudah menyala sepenuhnya, akupun menaruh cincinku diatas meja.

Aku membuka e-mailku, tidak ada yang penting dalam e-mailku jadi akupun mematikan laptopku dan aku mengalihkan perhatianku ke cincin sapphireku. Entah mengapa tubuhku seperti bergerak sendiri dan mengambil cincinku dan memakainya di jari manis kananku. Begitu indah pujiku dalam hati. Aku begitu capek hari ini sehingga sekarang aku sangat mengantuk, setelah memakai cincin sapphireku itu aku langsung bergegas tidur.

Aku bangun telat pagi ini dan aku pun bergegas menuju kamar mandi membereskan diriku. Hari ini adalah hari pertamaku masuk sekolah di Seattle setelah kepindahanku dari San Fransisco. Hanya ada satu kata untuk mewakili kota baruku ini, yaitu damai. Menurutku kota ini tidak terlalu buruk untuk aku tinggal, karena daerahnya tidak begitu panas walaupun lembab tapi kota yang cukup sejuk menurutku.

Awalnya aku menentang kepindahanku ke seattle karena aku sudah memiliki banyak teman di San Fransisco dan alasan ibuku pindah hanya karena ia patah hati dengan seorang pria. Alasan yang konyol bagiku. Setelah bercerai dengan ayahku Josh aku hanya tinggal berdua dengan ibuku. Ibuku bukan tipe orang yang dapat tinggal sendiri sehingga sesudah bercerai ia pun mulai mencari pengganti ayahku. Aku sudah terbiasa berpindah-pindah dari kota satu ke kota yang lainya, tapi dari San Fransisco? Itu sebuah neraka bagiku. Aku sudah begitu cinta kepada San Fransisco sehingga awalnya aku tidak ingin pindah ke Seattle, tetapi setelah melihat seattle mungkin aku dapat menjalankan hidupku seperti biasanya.

Aku pergi ke sekolahku menaiki mobil baruku, Lotus Elise berwarna Silver. Aku mendapatkannya saat ulang tahunku yang ke-17, ini hadiah dari Josh. Walau Mom dan Dad sudah bercerai hubungan mereka berdua masih dapat dibilang cukup baik sehingga kami masih sering bertemu. Begitupun waktu ulang tahunku yang ke-17, Josh menghadiahkanku Lotus Elise, ia bahkan rela tidak masuk kerja selama tiga hari untuk datang ke Seattle dari Florida hanya untuk merayakan Ulang Tahunku. Aku sangat menyukainya.

Sesampainya aku di sekolah aku meneliti luar sekolah baruku itu cukup bagus untuk ukuranku, saat aku meneliti sekolahku itu aku merasakan banyak orang yang melihatku mungkin itu karena mereka belum pernah melihatku atau mungkin ada yang salah dengan cara berpakaianku? Aku tidak tahu jawabannya sehingga aku merasa sangat minder dan aku bergegas meninggalkan tempatku berdiri.

Aku menuju kelas biologi baruku, saat aku datang pelajaran sudah dimulai. Itu pertandabahwa aku datang terlambat, tapi mau bagaimana lagi aku cukup kewalahan untuk mencari kelas biologiku.

“Elle Perry?” Tanya seorang wanita tua, sepertinya ia adalah guru biologiku yang baru.

“Yes, ma’am” Jawabku sopan.

“aku adalah Mrs. Floe” Katanya memperkenalkan diri. “Cepat duduk di mejamu miss Perry”

“Yes, ma’am” Aku melihat sekelilingku sambil mencari meja yang masih kosong. Mataku terepaku pada sebuh meja yang diduduki seorang pria yang berambut cokelat tanah. Aku bergegas menghampirinya, karena tempat duduk yang tersisa hanya di sebelahnya saja.

“Miss Perry, mulai hari ini kau akan menjadi rekan Nathaniel Hales” Mrs.Floe menjelaskan. Aku mengangguk dan Mrs.Floe pun pergi. Hari ini aku belajar tentang anatomi tumbuhan, karena di San Fransisco aku sudah mempelajarinya jadi aku tidak begitu memperhatikan. Perhatianku hanya tertuju kepada orang di sebelahku, Nathaniel. Matanya yang berwarna biru seperti air membuatku sedikit terpesona. Nathaniel melihatku sebentar dengan tatapan aneh lalu membuang mukanya. Aku bingung, apa salahku?

Mrs.Floe memberikanku tugas brsama Nathaniel untuk membedakan anatomi tumbuhan di 3 preparat yang berbeda. Kami mengerjakannya tanpa bicara. Aku rasa Nathaniel terlalu dingin, itu membuatku kurang nyaman. Tapi aku hanya bersabar menerima perlakuannya kepadaku.

Pelajaran pertama telah usai dan sekarang adalah jam istirahat, aku pergi ke kantin sendirian. Aku duduk sambil membawa sekaleng coke. Aku sedang berfikir mengapa Nathaniel begitu dingin kepadaku.

“Bolehkah aku bergabung?” Suara seorang perempuan membuyarkan lamunanku.

“Eh, tentu saja” Jawabku kaget.

“Kau pasti bari disini, aku belum pernah melihat wajahmu? Siapa namamu? Aku Julia Newton” Perempuan itu berkata.

“Oh, aku Elle Perry.” Jawabku. Aku berbincang-bincang dengan Julia, orang yang mengasyikkan menurutku. Aku berbincang-bincang hingga Nathaniel berjalan melewatiku, dan aku terdiam sedikit kagum melihat ketampanannya.

“Hei, Elle! Ada apa?” Julia membuatku kaget.

“Tidak.” Jawabku. Mataku tetap tertuju kepada Nathaniel. Julia mengikuti arah tatapanku.

“Aaah. Kau menyukai Nathaniel ya?” Tanya Julia kepadaku.

“Hah! Tidak kok! Aku hanya bingung kenapa dia beditu dingin kepadaku” Jelasku.

“Oh keluarga Hales memang begitu. Mereka semua dingin kepada semua orang.” Julia menjelaskan kepadaku.

“Oh.”

Sudah waktunya masuk kelas kembali, aku masuk kelas bersama Julia karena kami sekelas dalam kelas sastra inggris.

Aku pergi ke parkiran menuju Lotus Eliseku. Saat aku membuka pintu mobilku, aku melihat Nathaniel bersama seorang perempuan bermata biru air bersamanya di dekat mobil Lexus. Aku tidak kenal siapa perempuan itu, mungkin dia salah satu keluarga Hales. Aku terdiam lama seperti orang imbessil. Aku terbangun dari lamunanku dan masuk ke dalam Lotusku.

Saat berada di depan rumah aku melihat mobil Reina, berarti Reina hari ini tidak pergi ke rumah sakit untuk berkerja. Aku keluar dari mobil dan bergegas menuju ke dalam rumah.

“Mom, aku pulang” Aku berkata sambil menutup pintu rumah.

“Hai, Elle. Bagaimana hari pertamamu di sekolah?” Reina bertanya.

“Seperti biasa. Datar. Tidak ada yang special.” Jawabku seraya berjalan menuju tangga. “Mom tidak bekerja hari ini?” Tanyaku bingung karena biasanya dia tidak pernah absent dari pekerjaannya sebagai Dokter.

“Tidak aku harus membereskan rumah baru kita terlebih dahulu, lagipula hari ini aku tidak ada pasien.”

“Well, kalu begitu aku akn menganti bajuku dan membantumu membereskan rumah kita.” Aku pergi ke atas dan mengganti pakaianku. Aku turun ke bawah dan membantu Reina sesuai janjiku. Kami membersihkan seluruh ruang yang ada di rumah sambil bercanda dan tertawa bersama-sama. Karena terlalu banyak bercanda kami baru selesai membersihkan rumah tepat paja jam makan malam.

“Baiklah mom, aku harus memasak makan malam sekarang.” Kataku berdiri dari sofa setelah duduk-duduk bersama Reina. Aku pergi ke dapur dan menyiapkan makan malam untuk aku dan mom, aku sudah terbiasa memasak makan malam karena aku dan Reina bergantian menyiapkan makan malam.

“Mom, makanan sudah siap.” Aku menghidangkan makanan di atas meja.

“Wow. Sepertinya enak sekali. Aku sangat lapar hari ini.” Reina berkata sambil duduk dan mengambil sendok dan garpu. Aku makan dengan santai dan sedikit melamun tentang Nathaniel dan cewek yang tadi siang bersamanya. Siapa perempuan itu? Aku bingung. Aku masuk kembali ke dalam lamunanku.

“Apa yang sedang kau pikirkan Elle?” Reina mengubris lamunanku.

“Ah. Tidak Mom, tidak ada”

“Kau yakin, tapi kau terlihat seperti sedang memikirkan sesuatu” Tanyanya menyelidiki.

“Sungguh mom. Aku baik-baik dan akan tetap baik-baik saja. Percayalah.” Kataku meyakinkan. “Mom, aku ingin ke kamarku dulu untuk belajar.” Aku menaruh piringku di westafel dan pergi kekamarku. Aku mengunci kamarku, bersandar di sofa kecilku dan menyalakan laptopku.

Aku bingung tanpa sadar akutelah menuliskan Blue eyes dalam search engine.

Aku melihat slah satu situs tentang mitos zamandahulu dan tanpa sadar telah membukanya. Aku membacanya dengan seksama Blue eyes adalah cirri-ciri peri air, mereka senang memangsa manusia karena bau manusia yang begitu menggairahkan bagi mereka. Elf’s sangat menyukai manusia. Biasanya mereka memanggil manusia dan kemudian membawanya masuk ke dalam air dan biasanya orang yang masuk kedalam air tidak akan pernah kembali lagi.

Aku merinding membacanya. Aku takut, tapi sekaligus tidak percaya mitos ini, aku berfikir sejenak. Entah kenapa tiba-tiba aku merasakan ada yang memperhatikanku. Aku berbalik melihat sekeliling. Tapi tak ada orang sama sekali. Aku merasa sedikit takut dan aku pun memberanikan diri

“Hei siapa di situ” Tanyaku hati-hati. Tak ada jawaban. Aku tahu itu, tak mungkin ada jawaban karena di kamar ini hanya ada aku. Kau benar-benar konyol Elle ujarku dalam hati.

Aku begitu ketakutan entah kenapa mungkin karena membaca situs mitos yang aneh atau karena merasa diawasi. Aku hanya bisa terdiam. Tanpa pikir panjang aku langsung pergi tidur padahal ini masih terlalu dini untuk tidur. Tapi memang aku terlalu lelah hari ini. Tak lama kemudian aku pun sudahterlelap dalam tidurku. Tapi entah karena aku ini gila atau konyol kurasakan ada seseorang yang menemaniku tidur. Mungkin itu Mom aku menghibur diri dalam tidurku.