Category: Romace/Friendship, One Shoot
Cast : Han Seul Rin
Lee Donghae
Choi Minho
Park Gaeum
Lee Hae Rin
Cho Min Hae
Lee Joon
Aku melangkahkan kakiku ke sebuah makam, meletakan sebuah bunga kesenangannya. Bunga yang selama ini aku berikan kepadanya di setiap bulan, bunga yang dulu selalu menemaniku menemuinya.
“Yya Seul Rin-aa bagaimana kabarmu? Hari ini aku bawakan lagi bunga kesenanganmu. Oh iya mungkin ini adalah hari terakhirku bersamamu. Mianhae, jeongmal mianhae aku tak dapat menemanimu lagi. Tak apa kan? Lagipula walaupun aku pergi, hatiku akan selalu menemanimu” Ujarku pada sebuah batu pualam putih. Ya kalian pasti sudah tau ini adalah sebuah makam. Dan batu nisan ini adalah milik seorang gadis yang mengajariku untuk mencintai. Gadis yang selalu tersenyum walau kematian akan menjemputnya.
:: FLASH BACK ::
“Yya Seul Rin-aa uljima” Ujarku padanya. Aku tau hari ini adalah hari terberat baginya karena kekasihnya yang selama ini ia cintai menikah dengan kakaknya sendiri. Ya tentu saja aku tahu, segalanya, karena ia selalu menceritakannya kepadaku.
“Mianhaeee donghae-sshi biarkan aku untuk menangisinya walau hanya sehari, kumohon, biarkanlah aku menangisi kepergiannya” Ujarnya pelan sambil terisak. Aku terdiam, aku mengerti perasaanya tapi aku tak tahan melihatnya tersakiti seperti ini, kupeluk tubuhnya yang bergertar, dan tangisnya pun semakin pecah.
>>three month later<<
“Donghae-sshi aku sedang menggambar design dress, jangan menganggu nanti kau menghancurkannya. Memangnya kau tak ada kerjaan lain apa selain menggangguku?” Omelnya padaku. Aku tekikik melihatnya kesal seperti ini setelah tiga bulan pernikahan kakaknya, baru kali ini aku meliahatnya serius sekali dengan pekerjaanya sebagai designer ‘wedding dress’.
“Habis kau mengacuhkanku, aku kan jadi bosan” Jawabku. “Ngomong-ngomong kau sedang membuat design baju untuk siapa?” Lanjutku. Tiba-tiba kulihat mukanya memerah.
“YYa! Kenapa mukamu merah? Apakah itu design dress untuk pernikahanmu?” Ujarku memancingnya untuk mengatakannya.
“Molla, yang jelas baju ini akan ku berikan untuk seseorang yang aku sayang” Ujarnya,sekilas kulihat ia tersenyum miris sambil melihat design buatannya tersebut.
“memangnya kau punya orang special?” Tanyaku spontan diikuti jitakan dari Seul Rin
“YYa! Memangnya aku ini manusia yang tidak punya teman apa? Lagipula kua juga termasuk orang yang special bagiku” Ujarnya.
‘DHEG’
Jantungku berdetak kencang. Ahhh ada apa ini, perasaanku senang bukan main mendengar pernyataanya.
“YYa kenapa kau terdiam begitu hah?” Ujarnya membangunkan lamunanku. Aku hanya dapat tersenyum membalas pertanyaannya.
“Aish kau ini….” Omelnya, lalu kembali ke pekerjaanya.
>> The following days<<
Aku sadar sekarang, bahwa aku ternyata mencintainya, Aku menyayanginya lebih dari sekedar sahabatku. She is my everything, segalanya untukku. Entahlah tapi aku terlalu takut untuk memilikinya. Terlalu takut untuk jujur kepadanya. Terlalu takut untuk kehilangan wajah cerianya. Tapi aku tak dapat melihatnya di miliki oleh orang lain, aku begitu mencintainya.
:: Seul Rin POV ::
Sudah 5 bulan sejak Minho oppa menikah dengan Gaeum onnie, dadaku selalu sesak saat melihat mereka bersama, sesak sekali, terlalu sakit melihatnya. Aku tahu ini namanya mati bunuh diri kalau aku selalu melihat mereka bersama, tapi aku tak apa asalkan Gaeum onnie bahagia, biarkan hatiku ini sakit, aku tak ingin hati orang lain sakit karenaku. Cukup aku saja yang menderita? Ya kan?
Tapi aku selalu tak bisa menahan rasa sakit ini, Donghae selalu dapat merasakanya, aku tak ingin melukai hatinya. Aku tau ia mencintaiku, karena aku pernah tak sengaja mendengarnya mengigaukanku. Tapi aku tak pernah memberitahunya akan hal ini. Aku sadar mungkin aku juga mencintainya, tapi mungkin takdir berkata lain……
@@@@@@@@
:: Donghae POV ::
Aku sudah tak bisa menahan ini semua, persaanku begitu besar kepadanya, aku sudah tidak kuat menutupinya, aku sangat menyayanginya. Hari ini Seul Rin mengajaku pergi ke pantai, entahlah apa yang dipikirkannya hari ini, ia menyuruhku menjemputnya dan segera pergi menuju ke pantai.
:: At Beach ::
Kami bermain seharian di pantai, aku senang melihatnya bahagia sperti ini, melihatnya bermain bagaikan anak kecil yang tak memiliki beban. Sehabis bermain kami menikmati suasana pantai sambil berdiam bersama.
“YYa donghae-sshi selamat yaaa, kudengar kau naik pangkat? Hah hebat sekali kau…” Ujar Seul Rin membuka percakapan, aku tersenyum.
“hahahahaha, tentu saja aku naik pangkat. Aku kan pintar” Ujarku.
“ahahahahaha, baiklah karena kau berhasil naik pangkat aku akan memberikanmu sesuatu, kau ingin apa?” tanyanya padaku. Aku terdiam. Berfikir sejenak. Tentu saja aku menginginkannya.
“Aku tak ingin apapun, aku hanya ingin kau selalu di sisiku. Eottokhe?” Ujarku ragu. Kulihat ia terdiam, menimbang.
“Ne, aku akan selalu berada di sisimu, sebagai sahabatmu.” Ujarnya membuatku membeku. Tak mengertikah ia apa yang kumau? Aku terdiam cukup lama, suasana hening membuatku semakin gelisah.
“YYa! Donghae-sshi mengapa kau diam?” Ujar Seul Rin sepertinya bingung melihatku terdiam seperti ini.
“Seul rin-aa apakah kau mengerti maksudku?” Ujarku dingin. “Aku ingin kau menemaniku bukan sebagai sahabatku, tetapi sebagai gadis yang menjadi milikku” Lanjutku. Kulihat wajahnya tanpa ekspresi mendengar penjelasanku.
“Apakah kau mau menjadi miliku Seul rin-aa?” Tanyaku. Kulihat matanya membelalak Shock seketika.
“hahahahahahaha bercandamu sangatlah lucu dongahe-sshi” Ujarnya tertawa. Ah dia ini memang tidak dapat menangkap mana yang serius dan tidak serius.
“Aku tidak bercanda Seul rin-aaa” Ujarku pada akhirnya, kulihat ia terdiam, menarik nafas panjang dan terus berdiam diri, membuat perasaanku tak karuan.
“Aku…..” Ujarnya pada akhirnya. “Aku tak bisa, kau tahu kan donghae-sshi hatiku ini sudah hancur, aku tak ingin melukaimu jika aku menjadi milikmu, aku menyayangimu, oleh karena itulah aku tak dapat menjadi milikmu, aku tak ingin melukaimu karena hatiku yang sudah tak sempurna ini. Kumohooon….” Ujarnya. Aku tidak puas dengan jawaban ini.
“Tak bisakah kau berikan aku kesempatan untuk memperbaiki hatimu yang rusak?” ujarku padanya. Kusentuh kedua pipinya yang panas.
“……..”
“Jebal” Ujarku. “Aku tak apa jika harus dilukai olehmu, asalkan kau menjadi milikku, saranghaeyo seul rin-aaa, jeongmal saranghae…” Lanjutku. Ia terdiam, kemudian mulai menitikan airmatanya.
“…aku tak ingin melukaimu donghae-sshi kumohon…” Ujarnya mulai terisak. Apa yang kuperbuat, aku membuatnya menangis.
“Uljiman, kau tak pernah melukaiku, kumohon Seul Rin-aa” Ujarku sambil memeluknya.
“Aku selalu melukaimu donghae-sshi jangan tutupi itu, aku tahu semuanya, kau selalu sakit karena aku” Ujarnya terisak.
“Ssssttt, aku tak pernah terluka, asalkan itu membuatmu senang aku selalu senang bukan?” Ujarku.
“Jangan membuatku seperti ini”
“Biarkan aku mencoba Seul Rin-aa” ujarku.
“…aku tak ingin melihatmu terluka karena hatiku…” Ujarnya pelan.
“Aku tak pernah terluka, jadi biarkan aku menyembuhkan hatimu” Ujarku. “Bagaimana?” Ujarku
“……………………………”
“Mianhae jika hatiku nanti menyakitimu….” Ujarnya pada akhirnya
“hatimu takkan pernah melukaiku Seul Rin-aa” Ujarku sambil mengecup bibirnya pelan.
:: Seul Rin POV ::
Dapatkah aku mebahagiakannya? Aku tak ingin melukainya lebih dari ini, tapi aku sangat bahagia saat dia mengatakan perasaannya padaku,tapi aku tak dapat memilikinya. Aku tahu aku egois karena aku menerimanya padahal aku tahu walaupun aku sudah menjadinya aku akan tetap menyakitinya, menyakitinya seiring berjalannya waktu, aku tak mau menyakitimu donghae-sshi. Aku tak ingin kau terluka olehku, maafkan aku jika aku mencintaimu.
:: Donghae POV ::
Aku menginjak gas mobilku lebih dalam, beberapa menit yang lalu Gaeum menelfonku mengatakan bahwa Seul Rin ambruk saat sedang kerja. Aku sangat kaget mendengarnya, tanpa pikir panjang ku ambil kunci mobilku dan pergi untuk menjenguk Seul Rin di Rumah Sakit.
:: At Hospital ::
Aku berlari sepanjang lorong mencari kamar Seul Rin, sampai akhirnya aku menemukannya kamar 301. Aku bethenti di depan pintu, mencoba mengatur nafasku, kubuka pintu kamar ini perlahan supaya tidak mengganggu Seul Rin yang mungkin sedang istirahat, Aku masuk ke dalam dan menyadari bahwa Seul Rin tidak sendirian, aku terdiam menyembunyikan keberadaanku.
“Yya Lee Joon oppa kenapa wajahmu seperti itu?” Ujar Seul Rin.
“hehe aniiyooo” Ujar seorang namja yang dipanggil oppa oleh Seul Rin.
“Kau bohong! Apa yang terjadi kepadaku? Apakah semakin parah hah?” Ujarnya dengan suara datar. Apa yang ia maksud aku tidak mengerti, memangnya Seul Rin sakit apa? Aku tidak pernah tau akan hal ini.
“Ne…. mianheyoo Seul rin-aaa” Ujar nemja tersebut.
“Apakah sebentar lagi?” Tanyanya.
“Anii, asalkan kau rajin minum obat dan check up mungkin penyakitmu tidak akan tambah parah” Ujarnya. Mwo? Seul Rin Sakit? Sakit apa? Kenapa aku tak pernah tahu?
“Apakah keluargaku tahu? Apakah kekasihku tahu hal ini? Sudahkah kau merahasiakannya Oppa?” Ujarnya. Jadi? Selama ini gadisku ini sakit dan tak ada yang tahu? Ya tuhan kenapa kau buat gadisku ini menderita…
“Aniii, aku bilang pada keluargamu bahwa kau hanya kecapekan, dan kekasih yang sering kau ceritakan itu belum datang jadi…..” Aku sudah tak kuat mendengarnya, aku keluar dari kamar rawat Seul Rin, mencoba menenangkan diriku.
‘Aku tidak mengerti kenapa ia tak pernah memberitahuku? Memangnya ia anggap apa hubunganku dan hubungannya yang sudah berlangsung cukup lama ini? 20 tahun menjadi sahabatnya dan 5 bulan menjadi kekasihnya? Belum cukupkah waktu sebanyak itu untuk ia ceritakan segalanya? Tak tahukah ia aku sangat mencintainya?’ Aku berdiri di dekat kamar Seul Rin mencoba menjernihkan pikiranku sampai ku dengar pintu kamar Seul Rin terbuka, kulihat gadis yang selalu memenuhi hatiku ini keluar.
“Oppa kau sudah datang?” tanyanya padaku. Aku hanya dapat tersenyum dan mengangguk.
“Kau mau kemana?” Tanyaku bingung melihatnya keluar dari kamar.
“Aku mau berjalan sebentar mencari angin” Ujarnya tersenyum.
“Kau kan sedang sakit jagiyaaaa” ujarku mendekatinya. Kucubit pipinya gemas.
“Aku hanya kecapekan donghae-sshi, aku tak apa” Ujarnya tersenyum riang. Melihatnya seperti ini aku semakin tak percaya bahwa ia sakit, mungkin tadi aku salah dengar.
“Baiklah kutemani kau yaaa” Ujarku, ia tersenyum manis dan mengangguk. Ahhhhh senyumnya selalu saja membuatku bahagia.
“Kapan kau akan pulang dari rumah sakit Seul Rin-aaa” tanyaku padanya saat sedang duduk.
“Dokter bilang besok aku sudah boleh pulang aku hanya harus menginap sehari disini, lagian aku ini kan hanya kecapekan” Ujarnya tanpa beban. Ia tersenyum kearahku. “Kenapa kau bertanya begitu Oppa?” Ujarnya.
“Anii hanya ingin tahu kapan aku harus menjemput kekasihku ini” Ujarku, ia tersenyum. Kepalanya bersandar di bahuku. Ia terdiam cukup lama.
“Aku senang kau disini Oppa gomawo, jeongmal saranghae” Ujarnya. Aku terpaku, baru kali ini Seul Rin mengucapkan cinta kepadaku, walaupun sudah berpacaran selama 5 bulan, tapi ini adalah yang pertamakalinya. Apakah ia sudah mulai membuka hatinya untuku? Benarkah? Ya tuhaaaaaan Terimakasih kau telah menciptakan gadis seperti dia, gadisku yang sangat kusayangi.
>> 2 month laters <<
Satu bulan yang lalu Aku tahu semuanya, ternyata memang benar Seul Rin sakit, ia mengidap kangker lambung, aku menemukan beberapa obat di tasnya, dan aku juga pernah tak sengaja melihatnya muntah darah, walaupun ia selalu menutupinya dariku tapi aku tahu semuanya dan aku tak ingin ia terbebani karena aku mengetahuinya jadi aku tetap diam mencoba menutupi pengetahuanku, dan kalau boleh jujur aku selalu miris melihatnya berpura-pura sehat, tak inginkah ia berbagi penderitaanya padaku?
@@@@@@@
Hari ini adalah hari ulang tahun Seul Rin, kami pergi merayakannya berdua ke sebuah taman bermain, Seul Rin tampak begitu ceria hari ini entahlah apa yang terjadi yang jelas, hari ini akan selalu kuingat dalam hidupku.
“Oppa, apakah kau mencintaiku?” Ujarnya tiba-tiba, membuatku kaget.
“Tentu saja aku mencintaimu jagiya. Waeyo?” Tanyaku padanya.
“Anii, aku hanya ingin bertanya apakah kau sangat mencintaiku?” Ujarnya lagi. Aku mengangguk. Ia tersenyum lebar melihat jawabanku.
“Gomawo untuk segalanya oppa, untuk hatimu dan juga cintamu. Minahae selama ini aku tak bisa membahagiakanmu, bahkan akupun selalu membohongimu” Ujarnya, aku bingung, tak biasanya ia seperti ini.
“YYa Seul Rin-aa sebenarnya ada apa?” Tanyaku. Seul Rin menggeleng.
“Mianhae selama ini telah melukaimu, aku tahu kau sudah mengetahui semuanya bukan?” Ujarnya padaku, aku tak mengerti maksudnya.
“Maksudmu??” Ujarku masih bingung.
“Penyakitku…” Ujarnya lirih. Aku tetergun, aku tak ingin membahasnya.
“Jangan bahas hal itu kumohon” Ujarku dingin, ia tersenyum miris.
“Aku tak ingin tapi aku harus, aku tak ingin melukaimu lebih lama lagi. Kau tidak pantas untuk aku sakiti seperti ini” Ujarnya padaku.
“Aku tak pernah tersakiti olehmu” Ujarku ketus. Aku benci jika ia sudah membahas tentang menyakiti dan disakiti.
“Kau bohong, setiap jengkal hatimu sudah sering tersakiti olehku, aku tak ingin lebih menyakitinya.” Ujarnya. Aku menghela nafasku.
“Apa sesungguhnya yang ingin kau bahas Seul Rin-aaa” Ujarku pada akhirnya.
“……”
“Aku mita maaf selama ini tak pernah memberitahuimu tentang penyakitku ini, aku tak ingin kau berbelas kasihan kepadaku… kau harus tahu aku tak apa dengan penyakit ini, aku bahkan tak takut lagi dengan penyakitku ini, tapi kau tidak oppa kau takut, dan aku tahu itu , aku sangat takut menyakitimu lebih dalam, dan aku tak ingin……” Ujarnya perlahan, membuatku semakin penasaran dengan jalur pikirannya.
“Apa yang kau mau?” ujarku memotong perkataanya.
“Aku ingin kita akhiri hubungan kita, aku tak ingin menyakitimu, kumohon” Ujarnya, kulihat air matanya mulai turun.
“Aku tak ingin berpisah” Ujarku memprostes perkataanya tadi.
“tapi aku tak sanggup jika melihatmu tersakiti donghae-sshi” Ujarnya terisak. “Aku tak peduli jika aku sakit!! Tapi aku tak mau melihatmu menderita karena aku” Lanjutnya.
“Dapatkah kau mengerti??” Ujarnya mulai menangis.
“Tidak. Mengapa aku harus melepaskanmu? Aku tak ingin, Kau akan selalu berada disisiku bukan?” Ujarku kesal.
“KARENA AKU AKAN MATI!” Teriaknya, membuatku tercengang.
“jebal..” Ujarnya, kulihat nafasnya terengah-engah. ‘Aish!!! Kenapa sih dia selalu seperti ini, arggghhhh, aku benci melepasmu, tak tahukah ia aku sangat-sangat mencintainya.’ Pikirku. Aku benci situasi ini. Aku tak suka. Aku hanya terdiam, dan bisa kulihat ia juga hanya bisa terdiam sambil menatap langit, masih terisak.
“Aku akan selalu mencintaimu Seul Rin-aaa… selamanya” Ujarku pada akhirnya. Kulirik wajahnya.
“nado, tapi aku tak sanggup…” Ujarnya lirih masih belum melihatku.
“Anieyo kau sanggup” Ia melirikku tajam.
“Ani, aku tak sanggup! Tak tahukah kau bahwa dokter sudah mevonisku bahwa hidupku tinggal 2 bulan lagi? 2 bulan! Sanggupkah kau menemaniku selama itu? Aku tak ingin melukaimu lebih dalam. Aku tak sanggup!” Ujarnya marah. Aku tercekat mendengarnya, haruskah secepat ini kehilangannya? Kenapa aku harus mendengar ini?
“2 bulan bukan akhir segalanya, aku akan selalu menemanimu, kumohon biarkan aku menemanimu” ujarku. Ia terdiam mendengar perkataanku.
Aku menarik nafasku panjang “Apapun yang terjadi aku akan selalu menemanimu hingga maut menjemputmu” ujarku sambil mengecup bibirnya. Ia masih terdiam dan mulai terisak.
“Aku… Mianhae…” Ujarnya tercekat oleh tangisnya.
“Anii ini bukan salahmu." Ujarku memeluknya, mengelus rambutnya.
@@@@@@
Sudah seminggu ini Seul Rin sering sekali pingsan. Mungkin karena penyakitnya membuat pertahanan tubuhnya semakin rentan, aku selalu sakit melihatnya seperti ini membuatku selalu ingin menangis tapi kututpi semua perasaanku di depan Seul Rin, alu tak ingin membebaninya . Aku tahu aku egois tak ingin melepasnya, tak ingin berpisah dengannya, padahal aku tahu Seul Rin selalu sakit saat bersamaku. Aku tahu, tapi aku tak ingin melepaskannya. Sudah seminggu ini mengantarkan Seul Rin bolak-balik ke rumah sakit menjadi rutinitasku, aish ini membuatku makin terluka, berapa lama lagi Seul Rin harus menderita seperti ini.
“Yya Seul Rin-aa sudah kukatakan jangan lupa minum antibiotikmu” ujar Lee joon sepupu Seul Rin sekaligus dokter Seul Rin.
“hehehehehe aku tak suka obatnya oppa, pahit, kau kan tahu aku tak suka pahit” ujarnya
“Aish kau ini, yya donghae-aa kumohon paksakan ia meminum obatnya lain kali” Ujar Lee joon kepadaku. Aku tersenyum.
“Dia tak pernah menuruti mauku Lee Joon-aa kau tahu, gadisku ini keras kepala sekali” Ujarku sambil mengacak-ngacak rambutnya. Kulihat Seul Rin tersenyum, mau tak mau aku tersenyum kembali.
“Mianhae oppa” ujarnya tertunduk malu.
“Aish kau ini” ujar lee Joon. “Ya sudahlah istirahatlah Seul Rin-aa” Ujar Lee Joon. Seul Rin mengangguk. Kami keluar dari ruangan Lee Joon dan berjalan menuju mobilku dan pergi pulang. Sepanjang perjalanan Seul Rin tidak banyak bicara, ia hanya terdiam memandang keluar jendela. Aku penasaran apa yangia pikirkan.
“Oppa, jika nanti aku….” Ujarnya membuka pembincaraan. Aish ia mulai lagi. Aku benci jika ia bilang ‘jika nanti aku’ seakan ia akan segera pergi dariku secepatnya.
“Aku tak ingin mendengarnya Seul Rin-aaa, kau tahu aku membenci kata itu” ujarku dingin.
“Aniii, aku hanya ingin bertanya jika nanti aku harus menginap di rumah sakit, apakah kau akan menemaniku?” Ujarnya. Aku terdiam, tak kusangka ia akan bertanya seperti ini. Kukira ia akan membicarakan tentang kematiannya.
“Aku akan melakukan apapun asalkan itu membuatmu bahagia Seul Rin-aa” Ujarku. Ia tersenyum.
“Gomawo untuk segalanya” Ujarnya.
@@@@@@@
Hari ini Seul Rin kembali ambruk, aish selalu saja seperti ini, apa sih maunya, terlalu sibuk dengan pekerjaannya-kah sampai ia lupa minum obat dan makan? Aku langsung pergi ke rumah sakit untuk menemaninya. Aku setengah berlari sampai aku melihat Ga eum bersama Minho sedang menangis di depan ruang Lee Joon. Aku menghentikan langkahku, dan Ga eum melihatku dengan mata basah. Aku bingung, kenapa Ga eum menangis.
“Apa kau sudah mengetahuinya?” Ujarnya padaku. Aku terdiam tak mengerti. Ia menunggu jawabanku. Aku tetap tak mengerti. Ga eum menarik nafasnya panjang.
“Seul Rin, kau sudah tau penyakitnya bukan” Ujarnya lirih, aku mengangguk.
“Kenapa kau tidak pernah memberitahuku hah?” Ujarnya marah padaku. Aku terdiam.
“Karena aku yang memintanya onnie” Ujar seorang gadis dengan lirih. Seul Rin, aigoooooo wajahnya pucat sekai. Apa yang terjadi dengan gadisku. Aku mendekatinya, menggenggam tangannya yang dingin.
“kenapa kau tidak ingin aku tahu Seul Rin-aa apa kau tidak sayang padaku?” Ujar Ga eum, Seul Rin menggenggam tanganku erat. Aku tahu ia sedang mencoba berusaha tegar.
“Aku sayang padamu onnie, makanya aku tak ingin memberitahumu, sudahlah aku tak apa, aku masih akan hidup lama” Ujarnya berbohong. Aku tersenyum miris mendengarnya 1,5 bulan ia bilang lama. Aish aku tak kuat. Kurasakan air mataku menumpuk di kelopak mataku, kutahan sebisa mungkin agar air mataku agar tidak tumpah.
“Onnie kau pucat, pulanglah, biar minho oppa mengantarkanmu.” Ujarnya tersenyum.
“Minho oppa bisakah kau bawa onnieku pulang?” Ujarnya pada Minho. Kulihat Minho mengangguk.’Aish! sepertinya aku tahu apa yang dipikirkannya’ Pikirku melirik minho sekilas.
“Oppa temani aku ke kamar ya, aku ingin tidur” Ucapnya padaku, aku mengangguk. Kupapah tubuhnya menuju kamar rawatnya.
‘SREKKK….’ Kubuka kamar rawatnya, dan kubaringkan tubuh Seul Rin di tempat tidurnya.
“Tidurlah, kau sangat pucat” Ujarku sambil menyelimuti tubuhnya yang kian hari kian kurus.
“Ehmm, aku tak ingin tidur, Aku takut…” Ujarnya tersenyum melihatku yang tercekat mendengar jawabannya.
“Aku akan menemanimu” Ujarku pada akhirnya setelah dapat mengatur hatiku yang tak karuan mendengarnya ketakutan.
“Ani, justru aku takut kalau kau disini. Aku takut jika aku tak dapat membuka mataku kembali jika kau menemaniku, aku tak mau…” Ujarnya lirih.
‘DHEG’ lagi-lagi hatiku dibuatnya tak karuan.
“Aku akan membangunkanmu dengan paksa jika kau tidak mau bangun” Ujarku berusaha terdengar tenang, padahal aku sangat kaget mendengar perkataanya.
“kkkkhhhhh~ aku pasti akan bangun kalau kau membangunkanku paksa” Ujarnya tersenyum kepadaku, kubalas senyumannya.
“Gomawoyo oppa” Ujarnya lagi, dan tak lama kemuadian pun ia tertidur.
@@@@@@@@
Sudah semenjak seminggu yang lalu Seul Rin tak sadarkan diri. Ia tetap tak membuka matanya walaupun aku sudah mencoba bangunkannya setiap kali. Mungkin ia ingin menenangkan jiwanya, entahlah. Yang jelas ia tak sadarkan diri semenjak Minho datang menemuinya meminta maaf, dan menjelaskan semua kejadian yang membuatnya harus meninggalkan Seul Rin, ia juga memberitahukan sebuah berita yang selama ini tidak ingin diketahui Seul Rin. Dan akibat si ‘brengsek’ itu sukses membuat Seul Rin mengalami kondisi seperti ini, koma. Seul Rin mengalami tekanan batin yang tinggi jelas Lee Joon kepadaku. Itulah sebabnya ia tak sadarkan diri hingga sekarang.
“Seul Rin-a bogoshipoyo” Ujarku sambil mengenggam tanganya yang kian rapuh.
“Apa kau tidak kangen padaku? Kenapa tidak mau bangun juga, aish kau membuatku bingung. Apa yang harus aku lakukan untuk membangunkanmu? Apakah aku harus menceburkanmu kedalam bath up? Yya Donghae paboya, kau malah akan membunuh Seul Rin” Ujarku berbicara sendiri.
“Seul Rin-a kumohon bangunlah, kalau kau begini terus aku bisa gila” Ujarku lagi. “Jeball…. Bukalah matamu untukku..” Aku menggenggam tangannya kian erat.
‘SREEEG’ kudengar suara pintu terbuka. Aku menoleh ke arah pintu, dan kulihat Lee Joon yang datang.
“Bagaimana kabarnya?” tanyanya sambil berjalan mendekatiku.
“Entahalah masih tak ingin membuka matanya sepertinya” Ujarku tesenyum miris.
“Kau sangat sabar ya selama ini menemaninya” Ujar Lee Joon tiba-tiba. Kupandangi ia yang sedang memeriksa Seul Rin.
“Apakah kau sudah siap bila ia pergi suatu saat nanti?” Ujarnya tiba-tiba. Aish aku tak pernah terpikirkan pertanyaan ini sebelumnya.
“Entahlah Lee Joon-sshi, aku bingung” Ujarku mengakui. Ya aku bingung, disatu sisi aku tak ingin kehilangannya, tapi disisi lain aku tak sanggup melihatnya menderita.
“Aku mengerti, aku juga sama sepertimu. Entah akan seperti apa nanti jika kita kehilangannya” Ujar Lee Joon. Aku mengangguk menyetujuinya.
“Ingin sekali rasanya melihatnya tertawa dan tersenyum seperti dulu, kuharap ia segera bangun” Ujarku pada Lee Joon.
“Ne, aku juga” Ujarnya. “Baiklah Donghae-sshi aku sudah selesai memeriksanya, istirahatlah wajamu terlihat lelah” Lanjutnya, aku hanya tersenyum dan mengangguk. Sepeninggal Lee Joon aku merenggangkan tubuhku dan tertidur di sofa yang berada di sebelah kasur Seul Rin.
@@@@@@@@@
:: Author POV ::
“Yya Lee Donghae bangun..” Ujar Lee Joon mengguncang-guncangkan tubuh Donghae yang masih terlelap.
“ngg…” Donghae mulai membuka matanya, dan mengerjap-ngerjapkan matanya.
“yya Lee Donghae Seul Rin memintaku membangunkanmu” Ujar Lee Joon, Donghae yang awalnya masih setengah sadar langsung mebelalakan matanya.
“Mwo? Apakah ia sudah sadar?” Tanya donghae cepat. Lee Joon menjawabnya dengan anggukan.
“Dimana dia?” Ujar donghae sambil melihat kasur Seul Rin yang kosong.
“Di luar, katanya ia pegal sehingga ingin berjalan-jalan sebentar.” Jelas Lee Joon
“Tapi dia kan masih sakit” Protes Donghae. Lee Joon hanya mengangkat bahu.
“Kau tahu persis bagaimana sifat kekasihmu itu” Ujar Lee Joon. “Sudahlah cepat temui ia” Lanjut Lee Joon.
:: Donghae POV ::
Ahhh akhirnya kutemukan juga Seul Rin. Tapi sedang apa ia di taman rumah sakit? Aku berjalan mendekatinya dan memeluk tubuhnya dari belakang, menyandarkan daguku di bahunya.
“Oppa kau kah itu?” Tanyanya masih belum melihat kearahku.
“hmmm” Jawabku. Dapat kulihat Seul Rin tersenyum mendengar jawabanku.
“Seul Rin-a kenapa kau disini? Kau kan masih sakit” Ujarku. Seul Rin masih saja terdiam. Dapat kurasakan nafasnya dan juga detak jantungnya, membuatku semakin erat memeluknya takut kehilangan desahan nafasnya dan juga detak jangtungnya.
“kkhhh~ kau kenapaOppa, takut kehilangan aku kah?” Ujarnya melihatku seakan tahu apa yang aku pikirkan. Aku tersenyum.
“Tentu saja aku takut kehilanganmu, siapapun kalau jadi aku pasti takut kehilangan dirimu” Ujarku sambil mencubit hidungnya pelan.
“….kalau aku akan hilang, kau akan bagaimana?” Ujarnya lagi, Seul Rin menerawang ke atas langit, seperti mencari sesuatu yang ia tunggu.
“Aku tak akan membirkanmu hilang dari hadapanku” Jawabku makin mempererat pelukanku, berusaha lebih merasakan tubuhnya.
“Bukan itu yang kumaksudkan…” Ujarnya.
“Aku tak akan menjawab pertanyaanmu, karena hal itu tak akan terjadi” Balasku cepat sebelum ia kembali bertanya.
“kkhhhhh~ aku juga berharap tak ingin terjadi, tapi…”
“…Rasanya aku tak akan lama lagi…” Lanjutnya membuat tubuhku menegang.
“Anii, kau masih akan terus disini, bahkan sampai nanti kita sudah menjadi nenek dan kakek sekalipun” Ujarku.
“yaaa, aku tahu, aku akan selalu bersamamu.” Ujarnya membuat hatiku berdegup kencang mendengarnya. Kami berdiam dir cukup lama.
“Ayo kembali ke kamar, udara disini dingin, nanti kau tambah sakit” Ujarku mengajaknya kembali. Ia hanya mengikuti.
“Oppa mau kah kau melakukan sesuatu untukku?” Tanyanya.
“Anything for you,my girl” Jawabku, Seul Rin tersenyum manis.
“Let me go from here” Ujarnya.
“No that one,I don’t wanna see you sick again” Jawabku masam.
“I’ll be OK” ujarnya, matanya memohon kepadaku.
“Baiklah, kau ingin kemana?” Tanyaku.
“Aku ingin pulang sebentar ke rumah, bertemu onnie…” Ujarnya memelankan suaranya di akhir kalimat. Aku mengerti maksudnya. Bertemu Minho, CK~ ia ingin bunuh diri rupanya. Masih inginkah ia menyakiti dirinya.
“Bolehkah?” Tanyanya padaku,melihatku berfikir cukup lama.
“Baiklah, tapi kumohon jangan sakiti dirimu…” Pintaku.
“Ne…” Ujarnya tersenyum bahagia.
@@@@@@@@
“Onnie, bogoshipoyo” Ujar Seul Rin langsung berlari memeluk Gaeum sesudah sampai diumah.
“Nado bogoshipo” balas Gaeum.
“Mengapa kau lama sekali tidak datang?” Tanya Gaeum.
“Ehehehehehe pekrjaanku menumpuk onnie” Ujar Seul Rin berbohong.
“Ohhh kau tidak bekerja terlalu keraskan?” Tanya Gaeum.
“Tentu saja tidak, aku kan selalu menjaganya” Balasku, gaeum melihatku dan tersenyum.
“Gomawo” Ujarnya.
“Eh iya onnie ngomong-ngomong chukka ya, kudengar dari minho oppa kau hamil” Ujar Seul Rin. Aku sedikit miris mendengarnya, mengingatkanku ketika minho datang membawa berita ini membuat Seul Rin mendapatkan tekanan dan tak sadarkan diri selama 1 minggu.
“Aish kau ini..” Ujar Gaeum malu.
“Onnie, kalau kau melahirkan anak perempuan akan kau beri nama siapa?” Tanya Seul Rin.
“Molla, aku belum memikirkannya.” Ujar Gaeum.
“Bolehkah aku memberinya nama? Supaya kau selalu mengingatku” Ujar Seul Rin membuat aku dan Gaeum terdiam cukup lama.
“Eottokhe?” Tanyanya.
“Ne, tentu saja. Kau ingin beri dia nama siapa?” Tanya Ga eum.
“Choi Min Ri” Jawab Seul Rin. Ahhh aku tahu apa artinya. Dulu Seul Rin selalu berandai-andai jika ia menikah dengan Minho anaknya akan di beri nama Min Ri, itu adalah penggabungan dari namanya dan Minho.
“heeem, baiklah akan kuberi tahu Minho jika ia pulang nanti.” Ujar Gaeum.
“Gomawoyo onnie” Ujar Seul Rin tersenyum bahagia. Hari ini Seul Rin menghabiskan waktunya bersama Gaeum. Sepulangnya dari rumah Gaeum kami tidak langsung kembali ke rumah sakit, melainkan pergi ke apartemen Seul Rin terlebih dahulu, katanya ia ingin mengambil sesuatu. Aku di suruh Seul Rin menunggunya diluar. Setelah 15 menit Seul Rin kembali sambil membawa seuah kotak besar.
“Apa itu?” Tanyaku pada Seul Rin saat berada di jalan.
“Kau akan tahu nanti” Ujar Seul Rin. “Sekarang tanggal berapa?” Tanya Seul Rin
“13 Oktober” Jawabku singkat. “Bagus” Ujar seul Rin.
“Wae?” Tanyaku penasaran.
“Ehhhm molla” Ujar Seul Rin penuh rahasia.
“Aish kau membuatku penasaran” Ujarku. Seul Rin hanya tesenyum.
>> 2 days more <<
Hari ini aku datang pagi-pagi sekali ke rumah sakit. Seul Rin menelfonku, ia bilang ingin bertemu denganku. Entahlah, hari ini Seul Rin bersikap manja sekali, tidak biasanya.
“Seul Rin-a waeyo?” Ujarku saat sampai di kamar Seul Rin, tapi kamar ini sepi. Aku mendekati kamar mandi, dan kulihat Seul Rin sedang terbatuk-batuk di wastafel. Aku menghampirinya, kulihat banyak sekali darah yang ia keluarkan.
“Aish Oppa.. jangan kesini… uhuk…” Ujar Seul Rin terbatuk-batuk.
“Ahhh tak apa Seul Rin-a” Ujarku.
“Aku baik-baik saja” Ujar Seul Rin. “Tunggulah aku di luar” Ujarnya dengan nafas berat. Aku mengikuti kemauannya dengan berat hati. Aish aku khawatis sekali melihatnya. Tak lama kemudian Seul Rin keluar dari kamar mandi.
“Mianhae,” Ujarnya.
“Ne, cheonmaneyo” Ujarku.
“Oppa kau tahu tanggal berapa sekarang?” Ujar Seul Rin.
“Ne, 15 oktober…” Ujarku bingung.
“Wae?” Tanyaku.
“Saengil chukka hamnida” Ujar Seul Rin menciumku lembut. Aish aku sampai lupa ulangtahunku sendiri.
“Mianheyo karena selalu sibuk menemaniku kau sampai lupa hari ulangtahunmu” Ujar Seul Rin. Aku tersenyum.
“Tak apa, asalkan kau menemaniku di hari ulangtahunku aku bahagia” Jawabku sambil memeluknya.
“Ah iya aku ada kue ulangtahun untukmu” Ujar Seul Rin sambil mengambil kue cokelatnya dan menyalakan beberapa lilin untukku.
“Make a wish oppa” Ujarnya
“Aku berharap kekasihku dapat selalu menemaniku di ulangtahunku kedepan” Ujarku, lalu meniup lilinnya. Seul Rin tersenyum kepadaku.
“Akanku usahakan permintaanmu terkabul” Ujarnya.
“Akan kupegang janjimu” Ujarku. Hari ini kuhabiskan satu hari penuh bersama Seul Rin, walaupun hanya pergi ke tempat yang tidak jauh dari rumah sakit, tapi hari ini aku bahagia. Kulihat Seul Rin sudah kelelahan, jadi kubawa ia kembali ke rumah sakit untuk beristirahat.
“Seul Rin-a tidurlah sudah malam, kau pasti lelah” Ujarku.
“Anii, aku akan tidur nanti, kau saja yang duluan tidur, aku sedang tidak ingin menutup mataku secepat ini…” Ujarnya.
“Maksudmu?” Ujarku bingung.
“Tidurlah Oppa, aku masih ingin menikmati hari ini” Ujarnya.
“Jangan terlalu lelah” Ujarku padanya, aku pergi ke toilet sebentar untuk mencuci mukaku.
Shigeobeorin jageun son jigeukhi tteollineun ibsul
Amuildo eobseotdago gyeondil su itji. Kudengar Seul Rin bernyanyi. Aku keluar dari kamar mandi dan terus mendengar Seul Rin bernyanyi, tanpa sadar aku berjalan mendekatinya dan memeluknya dari belakang.
Nugon gareul chueokhaneun ne moseub duryeoun geoni
Ibaneseo maemdoneun mal aesseo samkigo
Eoduwojin bamhaneureul tteonaji anheun pyeorcheoreom
Sarangiran mideumeuro yeongwonhi hamkkehaneun kkum
Eoduwojin bamhaneureul tteonaji anheun pyeorcheoreom
Sarangiran mideumeuro yeongwonhi hamkkehaneun kkum
Geu saram naega dwil su itdamyeon dashi hanbeon gudeobeorin geudae mameul
Yeongwonui ttaseuhameuro kamsa aneulgeoya
Ia berhenti bernyanyi, dapat kurasakan nafasnya berubah menjadi berat.
“Sudah kubilang jangan memaksakan diri” Ujarku sambil melepas pelukanku.
“Ani jangan lepaskan” Ujar Seul Rin tiba-tiba. Aku memeluknya kembali.
“Oppa mau kah kau bernyanyi besamaku?” Tanyanya.
“Kalau kau menginginkannya” Jawabku. Kulihat ia tersnyum lemah.
“ Kuulang ya.” Ujarnya. Aku mengangguk. Ia menarik nafas panjang dan memulai kembali bernyanyi denganku.
Shigeobeorin jageun son jigeukhi tteollineun ibsul
Amuildo eobseotdago gyeondil su itji
Nugon gareul chueokhaneun ne moseub duryeoun geoni
Ibaneseo maemdoneun mal aesseo samkigo
Eoduwojin bamhaneureul tteonaji anheun pyeorcheoreom
Sarangiran mideumeuro yeongwonhi hamkkehaneun kkum
Eoduwojin bamhaneureul tteonaji anheun pyeorcheoreom
Sarangiran mideumeuro yeongwonhi hamkkehaneun kkum
Geu saram naega dwil su itdamyeon dashi hanbeon gudeobeorin geudae mameul
Yeongwonui ttaseuhameuro kamsa aneulgeoya
Hyeonshilui byeoge budijyeo
Shiryeo uneun gaseumiraedo
Heulleodaerin nunmurui kkeuteneun
Heuryeojyeogadan bitjulgiga
Eodeum sogeun hwanhage bichugo
Geu shigane seumyeondeureo
Sumi meojeul beokchan gaseume
Tteugeoun cheoneul
Seoro neukkil su isseo
Nugurado angoitneun sangcheowa gipeun hansumdeul
Kkeureoana julsu itneun geu gong ganeul chatgo isseo
Na dan hansaram geudae e geman
Sogsagineun seolleime nuni bushil
Naui sesangi dwieo gyeote isseulteni
Sesang kkeute hullo (My heart)
Namgyeo gyeotdago honjayeotdago (don't be afraid)
Aju uraetorok (Let you know my love)
Naega jikyeo nael (you know)
Saranginikka (Let you know my love)
Eoduwojin bamhaneureul byeonhaji anheun pyeorcheoreom
Sarangiran mideumeuro yeongwonhi hamkkehaneun kkum
Geu saram naega dwil su itdamyon dashi hanbeon gudeobeorin gudae mameul
Yeongwonui ttaseuhameuro kamsa aneulgeoya
“Gomawo oppa, tidurlah…” Ujarnya. “Kau dulu yang tidur” Jawabku.
“Ani aku belum ingin memejamkan mataku, sebentar lagi saja biarkan seperti ini.” Ujarnya sambil memandang keluar.
“Baiklah” Ujarku masih belum melepaskan pelukanku.
“Sebentar lagi…” Ujarnya lirih.
“sebentar lagi?” Tanyaku.
“Anii, hanya saja…” Ujarnya, aku menunggu.
“Oppa kau bilang akan melakukan apa saja untukku bukan?” Tanyanya tiba-tiba.
“Ne…” jawabku.
“Jangan menangis jika aku pergi nanti” Ujarnya. Aku terdiam. Bisakah aku tidak menangis?
“Aku tidak akan menangis karna kau tak akan pergi” Jawabku asal. Aku tak ingin membahasnya.
“Kalau aku tak bangun pagi ini…” Ujarnya. Pelukanku menegang.
“Kau akan kubangunkan paksa” Ujarku cepat memotong kalimatnya.
“Tak ada air mata untuk kepergianku…” Lanjutnya tanpa memperdulikan perkataanku.
“Aku ingin senyuman yang menemaniku nanti” ujarnya. Aku terdiam membeku.
“Tidurlah oppa, jebal” Ujarnya sambil melepaskan pelukanku. Aku masih terdiam.
“Aku tidak akan tertidur sebelum kau tidur” Ucapnya seperti anak kecil. Aku mengalah dan mencoba untuk tidur. Entah kenapa hari ini Seul Rin menyuruhku tidur bersamanya di kasur, aku hanya mengikuti kemauannya. Aku mencoba memejamkan mataku. Aku mendengarnya menyanyi lagi, kali ini seperti meninabobokanku.
eojireoun sigan soge neoreul manna eh amugeotdo al su eopdeon najiman
modu himdeuldago pogiharaneun mare hwana no girl
motnan moseumman hangsang boyeojujiman oh
naui momi busyeojyeodo mami jjitgyeojyeodo neol jikindaneun yaksok geu yaksogeun yeongwontorok Same Thing
Nothing can stop me from loving you you you
naega sumeul swineun geu iyu you you
naega noraehaneun geu iyu you you
naega saraganeun geu iyu you you
Nothing can stop me from loving
wae joheul ttaen gyeote itdeon saramdeuri
Aku mulai kehilangan kesadaranku, saat lagu ini selesai.
“Jeongmal saranghae Lee donghae, Jeongmal mianhae” Ujar Seul Rin lembut, namun juga berat. Aku sudah kehilangan kesadaranku tapi aku masih dapat mendengarnya.
“Selamat tinggal. Kamsahamnida oppa” Ujar Seul Rin, kemudian aku tak mendengar apapun lagi, dan aku pun tertidur.
@@@@@@@@
Itulah saat terakhirku bersamanya, Esoknya Seul Rin sudah pergi. Ya setidaknya ia sudah berpamitan kepadaku. Kalian tahu saat aku sadar Seul Rin meninggalkanku, Aku tak bisa berkata apa-apa bahkan menangispun aku tak bisa, padahal hatiku menangisi kepergiannya, entahlah mungkin karena aku telah berjanji padanya. Yang jelas setelah pemakamannya Gaeum datang menemuiku dan memberikanku sebuah kotak. Gaeum bilang itu titipan Seul Rin 1 hari sebelum ia pergi.
“Dia ingin kau memberikannya pada orang yang kau cintai” Ujar Gaeum menyerahkan kotak itu. Dan saat kubuka kotak itu, ternyata itu adalah karya terakhir Seul Rin, gaun yang ia buat selama 5 bulan terakhir. Dan yahhhh gaun yang ia buat khusus untukku, atau mungkin lebih tepatnya untuk calon istriku nanti.
“Ohh…” Hanya itu yang dapat kukatakan saat melihat gaun ini, ingin rasanya menangis, tapi tak bisa.
“Donghae-aa Terimakasih telah menemani Seul Rin selama ini” Ujar Gaeum padaku, lalu pergi bersama Minho.
:: FLASH BACK OFF ::
"............"
“Appa, umma sudah menunggu kita, kkaja” Ujar Hae Rin membuyarkan lamunanku. Hae Rin, dia anakku bersama Min Hae. Kalian pasti tahu nama Hae Rin diambil dari namaku kan Seul Rin. Dan Min Hae, dia sekarang adalah istriku. Min Hae, ia sangatlah mirip dengan Seul Rin, itulah yang membuatku jatuh cinta padanya setelah sekian lama tidak menyukai seseorang selain Seul Rin. Bedanya Minhae sehat, tidak sakit seperti Seul Rin. Dan waktu aku menikahinya aku memberikannya Gaun pemberian Seul Rin padanya, dan membuatku merasakan Seul Rin hadir dalam pernikahanku sebagai Min Hae.
“Appa…” tegur Hae Rin melihatku melamun kembali.
“Ahhh baiklah Hae Rin appa mengerti, sini pamitan dulu sama Seul Rin umma” Ujarku pada Hae Rin kecil. Hae Rin juga memanggil Seul Rin umma, padahal ia tidak pernah melihatnya.
“Umma, Hae Rin, appa dan Minhae umma pergi dulu yaaaa, jangan bersedih…” Ujar HaeRin sambil mengusap-usap makam Seul Rin.
“Kau dengarkan Seul Rin-a aku pergi dulu, mianhae tidak dapat menemanimu lagi, aku harus berangkat sekarang. Annyeong” Ujarku sambil menggandeng HaeRin pergi.
‘Selamat berbahagia…’ Ujar angin disekitarku, aku hanya dapat tersenyum mendengarnya.
END